Abu Muhammad Isa : Ulama Falak Aceh Pertengahan Abad 20
Alhamdulillah, buku ini sudah terbit. Dapat dicek di katalog Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tautan ini:
Sudah diposting di toko online Jejak Publisher berikut:
DESCRIPTION
KATEGORI BUKU:
Non Fiksi – Biografi
JUDUL BUKU:
Abu Muhammad Isa : Ulama Falak Aceh Pertengahan Abad 20
PENULIS:
Teungku Mustafa Muhammad Isa & Murdani bin Abdul Wahab
EDITOR:
Muhammad Nasrullah, Ismail dan Fahrurrazi
PENATA LETAK:
Tim CV Jejak
DESAIN SAMPUL:
Meditation Art
PENERBIT:
CV Jejak (Jejak Publisher), anggota IKAPI
JUMLAH HALAMAN:
164 Halaman
DIMENSI:
14 x 20 cm
ISBN:
978-623-247-511-3
E-ISBN:
978-623-247-512-0
Sinopsis
Khazanah Sejarah Aceh tidak hanya dikenal dengan “Seuramoe Meukah”, wilayah pertama kedatangan Islam di Nusantara. Namun juga terkenal sebagai wilayah lahirnya para ulama-ulama besar Nusantara, yang memiliki kharisma dan supremasi yang sangat membanggakan. Sebut saja semisal Syeikh Abdurrauf As Singkili (Syiah Kuala), Syeikh Nuruddin Ar-Raniry, Syeikh Hamzah Fansuri, Syeikh Syamsuddin As Sumatrani, Syeikh Abuya Hasan Krueng Kalee, Syeikh Abuya Muda Wali Al Khalidy, Abu Indrapuri atau sederet ulama besar lainnya. Termasuk salah satunya adalah Abu Muhammad Isa Mulieng yang akan dibahas dalam buku ini. Beliau dan beberapa ulama lain yang hidup semasa dengannya merupakan sosok penting dalam percaturan dinamika Islam di Aceh era pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka tidak sekedar memiliki ikatan kerja dengan keagamaan, bahkan pernah terlibat dalam birokrasi perpolitikan Indonesia.
Buku “Abu Muhammad Isa; Ulama Falak Aceh Pertengahan Abad Ke 20” memuat kilas sejarah derap langkah seorang ulama falak yang sangat dikenal masyarakat Aceh Utara dan bahkan Aceh. Dengan keberadaan beliau memberikan kontribusi yang cukup besar kepada masyarakat Aceh melalui berdirinya sebuah dayah “Darul Falah” yang merupakan cikal bakal perkembangan Falakiyah sehingga melahirkan generasi yang unggul dan berkualitas.
Abu Muhammad Isa, sosok ulama, pakar falak dan aktif di dunia partai politik saat itu, merupakan satu kelebihan yang beliau punya. Semuanya tak lain demi memajukan cahaya agama Allah di bumi Aceh, khususnya bumi Samudera Pasai – Malikussaleh. Di awal kemerdekaan Indonesia, di usia yang masih muda, beliau bersama rekannya sempat berjuang mempertahankan kedaulatan Nusantara dari penjajah Belanda dan jepang saat itu. Maka, tidak heran ketika dewasa masuk dalam ranah politik untuk mengisi perjuangan sebelumnya agar tercapai Negara yang agamis, adil dan makmur.
Written by Murdani bin Abdul Wahab
Selasa, 14 Juli 2020.
Sinopsis
Khazanah Sejarah Aceh tidak hanya dikenal dengan “Seuramoe Meukah”, wilayah pertama kedatangan Islam di Nusantara. Namun juga terkenal sebagai wilayah lahirnya para ulama-ulama besar Nusantara, yang memiliki kharisma dan supremasi yang sangat membanggakan. Sebut saja semisal Syeikh Abdurrauf As Singkili (Syiah Kuala), Syeikh Nuruddin Ar-Raniry, Syeikh Hamzah Fansuri, Syeikh Syamsuddin As Sumatrani, Syeikh Abuya Hasan Krueng Kalee, Syeikh Abuya Muda Wali Al Khalidy, Abu Indrapuri atau sederet ulama besar lainnya. Termasuk salah satunya adalah Abu Muhammad Isa Mulieng yang akan dibahas dalam buku ini. Beliau dan beberapa ulama lain yang hidup semasa dengannya merupakan sosok penting dalam percaturan dinamika Islam di Aceh era pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka tidak sekedar memiliki ikatan kerja dengan keagamaan, bahkan pernah terlibat dalam birokrasi perpolitikan Indonesia.
Buku “Abu Muhammad Isa; Ulama Falak Aceh Pertengahan Abad Ke 20” memuat kilas sejarah derap langkah seorang ulama falak yang sangat dikenal masyarakat Aceh Utara dan bahkan Aceh. Dengan keberadaan beliau memberikan kontribusi yang cukup besar kepada masyarakat Aceh melalui berdirinya sebuah dayah “Darul Falah” yang merupakan cikal bakal perkembangan Falakiyah sehingga melahirkan generasi yang unggul dan berkualitas.
Abu Muhammad Isa, sosok ulama, pakar falak dan aktif di dunia partai politik saat itu, merupakan satu kelebihan yang beliau punya. Semuanya tak lain demi memajukan cahaya agama Allah di bumi Aceh, khususnya bumi Samudera Pasai – Malikussaleh. Di awal kemerdekaan Indonesia, di usia yang masih muda, beliau bersama rekannya sempat berjuang mempertahankan kedaulatan Nusantara dari penjajah Belanda dan jepang saat itu. Maka, tidak heran ketika dewasa masuk dalam ranah politik untuk mengisi perjuangan sebelumnya agar tercapai Negara yang agamis, adil dan makmur.
Written by Murdani bin Abdul Wahab
Selasa, 14 Juli 2020.